Alhamdulillah, biidznillah usai sudah kami lalui mabit di Mina pada hari Tarwiyah (8 Dzulhijjah), rangkaian dzikir dan munajat dalam prosesi wukuf setelah tergelincirnya matahari, dan tibalah saat kami harus meninggalkan padang Arafah yang diberkahi untuk menuju dan bermalam di Muzdalifah.
Muzdalifah atau yang dahulu disebut juga sebagai Masyaril Haram, adalah sebuah area terbuka kecil yang terletak diantara Mina dan Arafah. Jika boleh saya katakan, Muzdalifah adalah salah satu tempat persinggahan yang juga penuh berkah. Bagaimana tidak penuh berkah, sebuah tempat yang pada musim haji adalah penuh lantunan dzikir dan munajat do'a-do'a.
Meskipun demikian, seperti halnya ditempat manapun dari tempat-tempat yang disinggahi selama melaksanakan prosesi haji, di Muzdalifah ini jamaah haji juga diuji kesabaran serta keteguhannya untuk tidak mengerjakan larangan-larangan ikhram terutama larangan berbuat fusuq dan jidal atau berbuat kerusakan dan pertikaian. Bisa dibayangkan jutaan jamaah yang sudah dalam kondisi lelah dan bahkan beberapa diantaranya terdapat yang sudah payah, berada di sebuah tempat yang menurut saya tak cukup luas dengan sarana seperti kamar mandi yang pada tahun 2019 menurut saya jelas tak sebanyak di tempat lainnya semisal Mina ataupun Arafah.
Bisa dibayangkan seperti kondisi pada saat kami Jamaah Haji KBIH Aisyiyah Kebumen Tahun 2019 menunaikan ibadah haji, seandainya kedatangan kita di Muzdalifah adalah giliran yang terakhir, rasanya dan yang saya lihat dengan mata kepala saya sendiri cukup susah untuk mencari tempat yang sedikit luang, agar kita bisa sejenak merebahkan badan. Belum lagi debu-debu yang berterbangan akibat langkah kaki jamaah haji yang lain dan debu itu berterbangan di dekat atau bahkan di depan kepala kita.
Saya hanya bisa mengajak tersenyum serta mengajak untuk bersabar, pada beberapa mbah-mbah yang sudah cukup renta dari rombongan jamaah haji yang lain. "sabar mawon nggih mbah", ya seingat saya hanya seperti itu, sebab memberi tempatpun saya tak punya karena sama-sama berdiri.
Alhamdulillah, dikarenakan kedatangan rombongan kami di Muzdalifah masih termasuk awal, sehingga kami masih dapat dengan mudah mencari kerikil yang akan kami gunakan untuk melontar jumrah Aqabah di Mina keesokan harinya.
Sekitar lewat tengah malam, jamaah haji perlahan dipindahkan menuju maktab masing-masing di Mina. Dan alhamdulillah seingat saya, kami mulai mengantri bus mulai sekitar pukul 02.00 dinihari, dan alhamdulillah tiba dengan selamat di tenda kami di Mina di awal waktu shubuh.
Beberapa diantara kami memilih untuk tetap di Muzdalifah hingga menunaikan shalat shubuh di Muzdalifah untuk selanjutnya ke Mina melontar Jumrah Aqabah pada waktu afdhalnya, karena demikianlah tuntunan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, meski tak ada salahnya beranjak dari Mina sebelum waktu itu asalkan sudah lewat tengah malam. Apalagi jika rombongannya terdapat wanita, anak-anak, orang tua atau orang yang sedang sakit karena itu dibolehkan, demikian keterangan para ulama fiqih yang saya ketahui sebelumnya, wallahu a'lam.